palevioletred-llama-408678.hostingersite.com, SANGALLA’ — Tongkonan merupakan rumah adat orang Toraja, meliputi tempat tinggal, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja. Arsitektur Tongkonan dikenal dengan bentuknya yang khas melalui struktur bawah, tengah, dan atas. Rumah adat Tongkonan yang memiliki ukiran mengandung makna, yaitu melambangkan status sosial pemilik Tongkonan menempati lapisan atas. Namun, seiring perkembangan zaman, Tongkonan saat ini tidak lagi dijadikan sebagai tenpat tinggal dikarenakan setiap keluarga yang mendiami Tongkonan pada umumnya telah membangun rumah tinggal sendiri.

Menyikapi kondisi tersebut, Toraja Tourism Board bekerjasama dengan PHRI, HPI, MASATA bakal “menyulap” Tongkonan menjadi Homestay, khususnya yang berada di destinasi wisata.

Bimbingan Teknis terkait alih fungsi khusus Tongkonan menjadi homestay ini dilaksanakan di objek wisata rohani, Sa’Pak Bayo-Bayo Tana Toraja, Sabtu, 23 Oktober 2021.
Pengelola objek wisata Sa’Pak Bayo-Bayo, Michael Andin, mengatakan kegiatan ini baik sekali pada situasi pandemi, dimana kurangnya pengunjung untuk dilakukan beberapa pembenahan. “Bimbingan Teknis Tongkonan sangat berpengaruh untuk pemilik Homestay Tongkonan, dengan adanya pelatihan ini dapat memberi masukkan bagi para pemilik Homestay untuk lebih mengembangkan CHSE, kebersihan, dan kenyamanan di Homestay mereka yang dapat di pergunakan pada saat ramai kunjungan,” ungkap Michael.

Bimbingan Teknis Tongkonan dilaksanakan sebagai upaya pelestarian sekaligus pemanfaatan Tongkonan masyarakat sebagai pendukung penginapan (Homestay) di Toraja agar mendukung aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar tempat wisata. Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk melatih para peserta dengan membangun tim kerja efektif, teknik komunikasi dalam konteks pelayanan prima dan pengelolaan kebersihan.


Panca R Sarungu, Ketua Toraja Tourism Board, menyatakan banyak sekali Tongkonan yang kosong dapat dimanfaatkan. “Dengan menyediakan Homestay Tongkonan kita dapat menarik perhatian para wisatawan untuk dapat menawarkan penginapan di Tongkonan yang kita miliki,” terang Panca, yang juga Ketua DPP Masyarakat Sadar Wisata (Masata) ini.
Sementara itu, Wakil ketua BPC PHRI Toraja Utara, Yohanes Limbong Allolayuk mengatakan mengubah Tongkonan menjadi Homestay tidaklah mudah. Karena hal itu terkait kepemilikan Tongkonan yang tidak bersifat tunggal atau pribadi, melainkan rumpun keluarga.
“Diperlukan diskusi dengan seluruh keluarga besar agar tidak menimbulkan masalah. Sehingga diperlukan pendekatan khusus agar seluruh keluarga besar setuju Tongkonannya dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan tambahan yang selama ini pemeliharaannya menjadi beban,” urai Yohanis.

Meski begitu, lanjut Yohanis, melihat akses lokasi wisata yang dekat dengan Tongkonan, maka warga bisa menjadikanya sebuah peluang yang besar jika dimanfaatkan dengan baik.
John Massolo, pembicara dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Toraja Utara, menyatakan banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika mengubah Tongkonan menjadi homestay. Salah satunya adalah soal bahasa.
“Ketika kita memiliki tamu, minimal kita memiliki dasar bahasa Inggris agar mudah berkomunikasi dengan tamu. Dengan adanya bahasa yang mudah dipahami, kemudian ditambah dengan pelayanan yang ramah dan cerita unik tentang lokasi wisata, menjadikan tamu akan tinggal lama di tempat kita,” kata Massolo.
Kegiatan ini merupakan bagian dari acara Pesta Kesenian Toraja yang diselenggarakan dari tanggal 20-23 Oktober 2021. Adapun rangkaian acaranya, seperti kunjungan Duta Besar Negara Sahabat ke Toraja, Toraja Youth Leadership Camp Batch 2, Toraja Coffee Farmer Seminar.
Puncak Acara Pesta Kesenian Toraja sendiri akan diselenggarakan pada Minggu ke 3 November 2021 mendatang yang akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno, dengan rangkaian acara Road to ToraJAZZ, Sentra Vaksinasi Pekerja Parekraf Toraja, dan Pagelaran Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif. (*)
Citizen Reporter: Paul Tandiayu
Editor: Arthur



Komentar