palevioletred-llama-408678.hostingersite.com, TALLUNGLIPU — Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggarakan Kampung Keluarga Berkualitas bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan Kampung Keluarga Berkualitas dalam upaya penurunan stunting di Kampung KB dan meningkatkan pemahaman pengelola Kampung KB dalam mengelola makanan sehat dan bergizi serta terbentuk program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Kampung KB.

Sementara berdasarkan data Kemenkes RI, Kabupaten Tana Toraja mempunyai angka prevalensi stunting 29.2% dan Toraja Utara dengan prevalensi stunting 32,6 %. Angka ini masih termasuk kategori tinggi menurut WHO.

Data ini disampaikan Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI, Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK saat turun langsung ke Toraja untuk melakukan Bimbingan Teknis dan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting, pertengahan Juli 2022 yang lalu.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima tahun (balita) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi terutama pada periode Seribu Hari Kehidupan (HPK) yaitu pada masa janin dan anak usia dua tahun.

“Kita masih perlu upaya inovasi, agar terjadi penurunan 3,35% per tahun sehingga tercapai target 14% tahun 2024 sesuai target yang telah ditetapkan Presiden,” kata Jelsi Natalia.


BACA BERITA TERKAIT: Pejabat Kemenko PMK Turun Langsung ke Toraja Atasi Masalah Stunting
Pemerintah Kabupaten Toraja Utara berupaya menurunkan angka stunting melalui pembentukan Kampung KB (sekarang menjadi Kampung Keluarga Berkualitas, sebelumnya Keluarga Berencana).
Selasa, 11 Oktober 2022, Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong, mencanangkan 29 Kampung KB (Keluarga Berkualitas) yang baru dipusatkan di Tallunglipu. Sebelumnya sudah ada 42 Kampung KB. Sehingga total Kampung KB di Toraja Utara kini mencapai 71.

Selain Kampung KB, diluncurkan juga Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Kantor Lembang Tondon Matallo, Kecamatan Tondon.
Usai pencanangan, Frederik berharap Kampung KB dan Dapur Sehat Atasi Stunting tidak hanya seremonial semata, tetapi perlu keseriusan dan harus benar-benar dilaksanakan.
“Berbicara mengenai kualitas harus berdasarkan taraf dan mutu. Selain itu, Toraja Utara harus go organik karena tuntutan prioritas kesehatan dan ini merupakan keterkaitan dengan kualitas hidup,” tegas Frederik.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Toraja Utara, dr. Lina Rombe dalam laporannya menyatakan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015 Prevalensi Stunting di Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan di tahun 2016 menjadi 27,5% namun kembali meningkat menjadi 30,8% pada tahun 2017.
“Situasi dan kondisi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurang maksimalnya tingkat keberhasilan kebijakan dan program yang dilakukan Lembaga/Institusi yang menyasar pada keluargakeluarga sehingga menindaklanjuti hal tersebut, maka dilakukan rekonseptualisasi Kampung KB yaitu dari Kampung Keluarga Berencana menjadi Kampung Keluarga Berkualitas yang didefenisikan sebagai satuan wilayah yang setingkat dengan desa dimana terdapat integrasi dan konvergensi,” terang dokter Lina Rombe.
Dia mengatakan, Kampung KB yang sudah dicanangkan sebelumnya sebanyak 42 buah. Ditambah dengan yang baru dicanangkan sebanyak 29, sehingga total Kampung KB di Toraja Utara menjadi 71.
“Jika penyelenggaraan Kampung KB dilaksanakan disetiap Lembang/Kelurahan maka dari 151 masih ada 80 kampung KB yang belum terbentuk sehingga akan dibentuk di tahun berikutnya. Mudah-mudahan dengan program Kampung KB ini bisa mengatasi masalah stunting,” katanya. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur



Komentar