palevioletred-llama-408678.hostingersite.com, BITTUANG — Puluhan anggota keluarga Marta Lai Buttu, wanita lanjut usia asal Bittuang, Tana Toraja, yang dilindas alat berat jenis grader milik PT Sabar Jaya Pratama, pada 21 Agustus 2023, melakukan aksi unjuk rasa damai di lokasi pekerjaan Preservasi Jalan dan Jembatan Se’seng-Batas Sulbar di Kecamatan Bittuang, Tana Toraja, Minggu, 3 September 2023.

Dalam aksi damai tersebut, puluhan keluarga korban menyegel sejumlah alat berat milik PT Sabar Jaya Pratama di lokasi proyek. Penyegelan dilakukan dengan memasang sejumlah spanduk pada alat berat dengan berbagai tulisan, yang intinya meminta pihak proyek menghentikan pekerjaan untuk sementara sebelum persoalan antara perusahaan dan keluarga korban diselesaikan.

Seperti diberitakan media ini sebelumnya, Marta Lai Buttu merupakan korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan Poros Bittuang-Masanda, Lembang Kole Pallian, Kecamatan Bittuang, Tana Toraja, pada Senin, 21 Agustus 2023. Korban yang dibonceng cucunya menggunakan sepeda motor bergerak dari arah Makale menuju Bittuang. Setibanya di titik lokasi kejadian, mereka berhenti di belakang sebuah kendaraan roda empat, sedangkan di depannya terdapat alat berat yang sedang bekerja melakukan pekerjaan jalan. Ketika kendaraan di depan korban berhasil masuk melewati alat berat tersebut, korban yang dibonceng cucunya mengikuti dari belakang untuk meneruskan perjalanan. Namun tidak terduga alat berat jenis grader tiba-tiba mundur dan melindas korban bersama motor yang ditumpanginya. Beruntung cucu korban bernama Astrid (20) masih selamat dan terhindar dari kecelakaan tersebut.
Pasca insiden kecelakaan tersebut, Marta Lai Buttu (71) dirawat di RS Fatimah Makale, selama kurang lebih 8 hari. Meski sudah diupayakan pertolongan medis, namun nyawa Martha tidak tertolong. Wanita berusia 71 tahun itu menghembuskan nafas terakhir pada Rabu, 30 Agustus 2023.

Kepada KAREBA TORAJA, Minggu, 3 September 2023 malam, perwakilan keluarga korban, Daniel Kala’lembang, menyebutkan setelah korban meninggal dunia, pihak perusahaan PT Sabar Jaya Pratama sudah menghubungi keluarga untuk membicarakan penyelesaian masalah. Pihak perusahaan konon bersedia menanggung biaya perawatan di rumah sakit, kerusakan sepeda motor, dan biaya pemakaman. Namun permbicaraan mengenai hal itu menemui jalan buntu, karena pihak perusahaan dinilai bertele-tele.


“Keluarga hanya minta agar perusahaan kooperatif dan tidak bertele-tele terkait pembicaraan awal mengenai biaya rumah sakit, perbaikan sepeda motor, dan biaya pemakaman. Tentu saja biaya pemakanan sesuai dengan adat istiadat Toraja,” tegas Daniel.
“Kami sudah beri waktu sampai hari Minggu siang tadi. Tapi pihak perusahaan masih bertele-tele, sehingga saya tidak bisa lagi menahan kekecewaan keluarga melakukan aksi. Tapi aksi tadi aksi damai. Tidak ada yang merusak. Kami hanya memasang spanduk dan meminta pekerjaan dihentikan sementara,” tutur Daniel lebih lanjut.
Saat masyarakat dan keluarga melakukan aksi damai, ada kunjungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di lokasi proyek. Sehingga pejabat dari Kementerian PUPR tersebut langsung bertemu dan berdialog dengan keluarga. Dalam dialog tersebut, pihak keluarga menyampaikan kronologi kejadian dan permintaan kepada pihak perusahaan.

“Tadi pejabat dari Kementerian (PUPR) sudah berjanji akan membicarakan lagi hal itu dengan pihak perusahaan. Namun selama belum ada niat baik dan tindakan cepat dari perusahaan, kami tetap meminta agar proses pekerjaan dihentikan sementara,” tandas Daniel Kala’lembang. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur



Komentar