ASN, Swasta, dan Perguruan Tinggi Diminta Ikut Bergotong-royong Tekan Stunting dengan Pola Adopsi

Tana Toraja40 Dilihat

palevioletred-llama-408678.hostingersite.com, MAKALE — Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Kabupaten Tana Toraja diminta ikut terlibat secara bergotong-royong dalam menekan angka stunting.

Caranya adalah setiap ASN diharapkan ikut berkontribusi dengan cara mengadopsi setiap anak beresiko atau sudah berstatus stunting yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

“Saat ini Dandim (Komandan Kodim 1414 Tana Toraja) dan Ibu Persit adalah orangtua asuh bagi anak-anak stunting di Tana Toraja. Karena itu kita semua, baik ASN maupun swasta seperti perusahaan dan perguruan tinggi ada didalamnya berkewajiban juga menjadi orangtua asuh bagi anak stunting,” tegas Wakil Bupati Tana Toraja, Zadrak Tombeg saat membuka kegiatan identifikasi kasus stunting tingkat kabupaten Tana Toraja, Rabu, 28 September 2022 di Ruang Pola Kantor Bupati Tana Toraja.

Baca Juga  Melaju Kencang, Jumlah Warga Positif Covid-19 di Tana Toraja Capai 569 Orang, 11 Meninggal Dunia

Zadrak menyebut tujuan dari pentingnya orangtua asuh ini khususnya dalam melibatkan ASN dan swasta adalah agar ikut membantu dalam menanggulangi kekurangan gizi anak.

Zadrak menguraikan, salah satu kebiasaan buruk yang terjadi di masyarakat terkait pemenuhan gizi anak adalah melarang anak untuk tidak lagi makan telur jika alergi terhadap telur. Padahal, menurut Zadrak, sumber protein yang bagus untuk anak adalah telur. Sehingga lebih baik alergi makan telur itu diobati daripada melarang anak kekurangan protein.

“Ibaranya kita takut semut tapi kita tidak takut dengan singa yang ada di depan. Kita takut anak gatal -gatal karena alergi tapi kita tidak takut dengan gangguan tumbuh kembang anak karena kekurangn protein dengan tidak memakan telur jadi sebaiknya kasi saja anak-anak itu telur,” tegas Zadrak, yang berlatar belakang dokter anak ini.

Baca Juga  FOTO: Pergerakan Tanah dan Longsor di Bonggakaradeng, Tana Toraja

Zadrak juga mengkritisi pola penanggulangan stunting yang selalu dimulai dari hilir, yang artinya nanti ada kasus baru ketar-ketir, sehingga seharusnya itu dimulai dari hulu, lebih mencegah daripada mengobati karena jika sudah kasus baru diobati pasti akan menimbulkan gangguan kesehatan.

“Selain gangguan kesehatan, efek lain juga adalah biayanya jauh lebih besar daripada jika kita melakukan pola pencegahan dari awal,” urainya.

Dalam pertemuan identifikasi kasus stunting tingkat kabupaten Tana Toraja ini diisi dengan pemaparan data dan seleksi kasus pada audit kasus stunting yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, dr. Ria Minolta Tanggo.

Selain itu ada juga pemaparan tentang hamil sehat cegah stunting oleh dr. Elia Tombeq, M.Kes, Sp.OG.

Baca Juga  PDAM Tana Toraja Siap Penuhi Kebutuhan Air Pelanggan Selama Natal dan Tahun Baru

Pertemua tersebut diikuti oleh Dandim 1414 Tana Toraja dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana, PKK, Himpaudi, FKUB, Kepala OPD, Camat, Instans Vertikal, Lembaga Swasta, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, dan Tim Pakar. (*)

Penulis: Arsyad Parende
Editor: Arthur

Komentar