OPINI: Peningkatan Penyakit DBD dan Stratergi Pengendalian Vektor di Toraja Utara
- account_circle Admin Kareba
- calendar_month Rab, 28 Jun 2023

Matelda Palinoan, Mahasiswa Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakrata
Oleh: Matelda Palinoan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypt dengan penyebaran yang sangat cepat bahkan berakibat fatal bagi penderitanya. Gejala umum yang ditunjukkan oleh pasien DBD antara lain demam, nyeri otot, nyeri sendi, dan ruam pada tubuh. Kasus DBD mengalami peningkatan pada musim hujan karena akan menyebabkan terbentuknya genangan air diberbagai tempat sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Faktor perilaku masyarakat yang mengabaikan kondisi lingkungan yang tidak sehat berkontribusi besar terhadap perkembangan vektor DBD. Kasus demam berdarah di Kabupaten Toraja Utara pertama kali ditemukan pada tahun 2021.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Toraja Utara menunjukkan terjadinya peningkatan kasus DBD pada bulan Mei dan Juni 2021. Pada bulan Mei terdapat 19 kasus sementara pada pertengahan bulan Juni sudah tercatat 20 kasus. Peningkatan kasus DBD bahkan menyebabkan meningkatnya angka kematian. Dalam kurun waktu tiga bulan sudah terjadi dua kematian dan korbannya adalah anak-anak dan remaja. Korban pertama adalah seorang anak dari Bolu, Kecamatan Tallunglipu dan korban kedua adalah seorang remaja perempuan di Jalan Serang, Kecamatan Tallunglipu. Seiring dengan peningkatan kasus DBD di Toraja Utara, wilayah penyebarannya juga meluas, yang awalnya hanya di Rantepao dan Tallunglipu meluas hingga ke Kecamatan Kesu’, Sanggalangi’, dan Kecamatan Sesean.
Menanggapi kasus DBD yang kian menakutkan, Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang memerintahkan Dinas Kesehatan melakukan langkah-langkah strategis untuk mencegah maupun menanggulangi penyakit yang cukup mematikan ini. Terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kasus DBD di Toraja Utara, diantaranya faktor lingkungan, dimana hal ini mengarah pada kebersihan lingkungan baik di rumah maupun diluar rumah, seperti jarang membersihkan tempat penampungan air, memiliki kebiasaan menumpuk ataupun menggantung pakaian kotor serta membuang sampah sembarangan (kaleng,botol, dan lainnya) yang dapat dengan mudah menampung genangan air hujan. Selain itu faktor perubahan cuaca juga sangat berpengaruh, dimana saat musim hujan tentunya akan menimbulkan banyaknya genangan air dimana-mana, bahkan jika hujan terjadi terus-menerus dapat menyebabkan luapan air atau terjadi banjir, hal ini sangat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Pada saat terjadi banjir menyebabkan larva atau pupa nyamuk akan menyebar ketempat lain, dan tentunya hal ini akan meningkatkan resiko penularan dengan cepat.
Wabah demam berdarah dengue (DBD) di Rantepao semakin meningkat. Kemarin, Kamis, 16 Juni 2022, seorang siswa sekolah dasar meninggal dunia akibat demam berdarah di Desa Rante Pasele. Sementara itu, total kasus DBD Januari hingga pertengahan Juni 2022 di wilayah kerja Puskesmas Rantepao bertambah menjadi 56 kasus. Pada Jumat, 17 Juni 2022, Direktur Puskesmas Rantepao menerima peningkatan kasus DBD yang lebih mengkhawatirkan di bidang pekerjaannya. Oleh karena itu, Puskesmas Rantepao mengkoordinasikan upaya pencegahan dengan Kementerian Kesehatan Kabupaten Toraja Utara untuk mencegah peningkatan penyakit DBD.
Beberapa faktor resiko diatas dapat diimplementasikan dengan strategi pengendalian vektor dengan menerapkan langkah-langkah pengelolaan lingkungan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan rutin mengosongkan dan menyikat dinding bak mandi atau tangki air lainnya, menutup bak mandi atau tangki air rapat-rapat agar nyamuk tidak dapat mencapai tempat penampungan serta melakukan upaya daur ulang barang bekas agar tidak menumpuk dan dapat digunakan kembali.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah demam berdarah yaitu dengan nebulisasi. Pengendalian kabut dinilai kurang efektif karena hanya mematikan nyamuk dewasa dan dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, strategi pengelolaan yang layak dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan gotong royong dalam membersihkan lingkungan.
Tindakan pengendalian lain yang dapat diterapkan adalah pengendalian berbasis masyarakat. Program ini dimulai dengan membangun komunitas dalam masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pencegahan DBD. Komunitas berperan dalam memantau isu-isu yang memicu DBD dan kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan sehingga tindakan atau tanggapan dapat diambil sesegera mungkin.
Selain itu, diperlukan sosialisasi oleh pemerintah daerah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor sehingga lebih waspada. Sosialisasi ini menjelaskan tentang bahaya DBD dan faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebaran DBD, serta memberikan solusi penanganannya. Ada hal-hal yang dapat dilakukan, yaitu: Sosialisasi kepada masyarakat sangat bermanfaat dalam pengendalian kasus DBD bila sering dilakukan terutama di daerah endemik. Kegiatan bakti sosial dibawah pengendalian DBD. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakrata
- Penulis: Admin Kareba
Saat ini belum ada komentar